Beranda | Artikel
Larangan Ucapan Kotor dan Kasar dalam Islam
Sabtu, 15 Februari 2025

Larangan Ucapan Kotor dan Kasar dalam Islam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 12 Sya’ban 1446 H / 11 Februari 2025 M.

Kajian Tentang Larangan Ucapan Kotor dan Kasar dalam Islam

Pembahasan hari ini, kita akan membahas tentang bab larangan dari mengucapkan kalimat-kalimat yang kotor/ jorok. Juga larangan tentang badatul lisan yaitu lisan yang jelek, lisan yang selalu mengucapkan kalimat-kalimat yang kasar/ buruk. Ini semua merupakan hal yang dilarang di dalam Islam, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kaum Mukminin, bahkan kepada manusia secara umum, kepada Bani Israil, kemudian juga kepada umat ini agar berbicara dengan kalimat-kalimat yang baik.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ

”Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS. Al-Baqarah[2]: 83)

Ini satu hal yang merupakan perintah dari Al-Qur’anul Karim, perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ’Alaihi wa Sallam. Meskipun tentu di dalam memahami firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tadi, وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا ”ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia..” Ini ada dua hal yang perlu diperhatikan. Baik di dalam berbicara dengan mereka, maupun di dalam seorang mendakwahkan manusia kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kalimat-kalimat yang baik, ataupun dalam pembicaraan sehari-hari.

Karena memang lisan atau pembicaraan itu berpengaruh dalam diri seseorang atau dalam diri orang yang mendengarkan ucapan kita. Ketika seseorang mengucapkan kalimat yang baik, ini akan menyejukkan orang yang mendengarkannya. Dan akan membuat orang itu juga senang mendengarkan kalimat-kalimat yang baik itu.

Namun apabila seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang kurang baik, kalimat yang kasar dan cenderung meremehkan orang lain atau mengata-ngatai mereka dan yang lainnya, ini tentu akan juga membekas pada diri yang diucapkan kalimat-kalimat itu.

Maka jika seseorang, misalnya, dipukul fisiknya dengan tangan, itu lebih cepat hilang rasa sakitnya. Tetapi ketika seseorang diucapkan kalimat-kalimat yang menyakitkan hatinya, ini yang sulit untuk dilupakan. Oleh karena itu, kita hendaknya menjaga lisan kita dalam berbicara. Apalagi seorang mubaligh atau seorang yang alim, sudah seyogyanya untuk memberikan contoh kepada umat dalam berbicara. Jangan berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak menyejukkan. Kalau ada peringatan yang perlu dengan ketegasan, sampaikan dengan cara yang tegas. Tapi kemudian jika ada kalimat-kalimat yang cenderung meremehkan orang lain, mengecilkan nilai seorang hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala di hadapan manusia, ini adalah suatu perbuatan yang jelek dan tidak baik.

Maka dari itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam untuk berdakwah dengan hikmah.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl[16]: 125)  

Dari sekian makna hikmah itu di antaranya adalah dengan kalimat-kalimat yang baik. Ini akan menarik hati orang yang didakwahi. Tetapi kalau seseorang berbicara dalam berdakwah dengan kalimat-kalimat yang kasar, memojokkan, mengecilkan nilai seseorang yang mendengar, maka ini akan menjadikan orang itu tidak simpati dengan dakwah. Di sinilah pentingnya kita berbicara dengan baik dalam ucapan-ucapan sehari-hari ataupun dalam menyeru manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan perlu diketahui bahwa berbicara itu juga akan menunjukkan kepribadian seseorang. Seseorang bisa membaca tentang apa yang ada pada diri seseorang dilihat dari ucapannya. Didengar dan dinilai dari ucapannya. Karena ucapan ini adalah sebagai salah satu bejana dari hati. Tempat tumpahnya bejana adalah lisan. Maka kadang-kadang kita bisa menilai seseorang dari ucapannya.

Oleh karena itu kita diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ’Alaihi wa Sallam untuk berkata dengan kalimat-kalimat yang baik.

Al Imam Annawawi rahimahullah dalam bab ini, membawakan hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ’Anhu, beliau berkata Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda,

ليس المؤمن بالطعان ولا اللعان، ولا الفاحش، ولا البذي

“Orang mukmin bukan orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, dan berkata kotor.” (HR At-Tirmidzi)

Di dalam hadits ini menggambarkan di antara sifat orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Yang mana mereka beriman dengan hatinya dan mengucapkan dengan lisannya. Di antara sifat mereka adalah bukanlah seseorang yang selalu menikam orang lain. Menikam di sini yaitu menikam dengan lisannya. Yans selalu, misalnya, menuduh seseorang dengan seenaknya. Mengatakan seseorang begini dan begitu dari hal-hal yang buruk.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54925-larangan-ucapan-kotor-dan-kasar-dalam-islam/